_*DAHSYATNYA MEMPERBANYAK ISTIGHFAR PADA WAKTU SAHUR*_
Imam Ahmad bin Hanbal dalam _Az-Zuhud_ menukilkan satu perbincangan antara Nabi Dawud as. dan Malaikat Jibril as. Ketika itu, Nabi Dawud bertanya:
_"Yâ Jibrîl, ayyul laili afdhal_. Wahai Jibril, waktu malam manakah yang paling utama?"
_"Lâ adri_. Aku tidak tahu!" jawab Malaikat Jibril. Dia lalu memberitakan kejadian di sekitaran langit ketika waktu sahur, _"Illâ annal arsya yahtazzu minas sahar_. Hanya saja pada waktu sahur, 'Arasy berguncang."
Mengapa 'Arasy Allah berguncang pada waktu itu? _Allâhu a'lam_. Namun, boleh jadi karena ada jutaan, bahkan milyaran pinta, doa, istighfar dan munajatnya hamba-hamba Allah, baik dari kalangan manusia dan jin, yang naik ke langit pada waktu itu.
Boleh jadi, hal itulah yang menyebabkan 'Arasy Ar-Rahmân "berguncang". Hamba-hamba yang lemah, miskin, tak berdaya itu sedang menyampaikan pujian, hajat dan keluh kesahnya kepada Allah, Zat Pemilik segala kesempurnaan dan kekuasaan.
Al-Quran mengabadikan apa yang mereka lakukan:
ٱلصَّٰبِرِينَ وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلْقَٰنِتِينَ وَٱلْمُنفِقِينَ وَٱلْمُسْتَغْفِرِينَ بِٱلْأَسْحَارِ
_"Ash-shâbirîna wash shâdiqîna wal qânitîna wal munfiqîna wal mustaghfirîna bil ashâr."_
"(Juga) orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon ampunan pada waktu sahur." (QS 'Ali 'Imrân, 3:17)
*Kapankah Waktu Sahur Itu Tiba?*
Dalam kamus _Tâjul 'Arus_, Murtadha Az-Zabidi menyebutkan tentang makna sahur.
السحر محركة : قبيل الصبح آخر الليل كالسحر بالفتح والجمع أسحار….. قال وقيل : هو من ثلث الليل الآخر إلى طلوع الفجر
"Sahur adalah (1) waktu menjelang subuh atau akhir malam, seperti sahar yang jamaknya adalah Ashâr.
(2) Ada pula ahli bahasa yang menjelaskan bahwa sahur adalah waktu sepertiga malam terakhir. Dan, waktu ini berakhir sampai terbit fajar subuh."
*Mengapa Allah Ta'ala Mengistimewakan Waktu Sahur untuk Beristighfar?*
Dalam _Tafsir fi Zhilâlil Qur'ân_, Sayyid Quthb menjelaskan bahwa kata al-ashâr yang bermakna pada waktu sahur, mengambarkan situasi pada waktu malam menjelang fajar.
Saat yang hening, saat yang menimbulkan nuansa lembut dan tenang, sehingga tercurahlah semua perasaan serta getaran yang tertahan dalam hati.
Apabila kondisi ini dipadukan dengan istighfar, niscaya dia akan memberikan kesan yang amat serasi dalam jiwa dan hati nurani. Maka, akan bertemulah ruh manusia dengan ruh alam semesta, yang sama-sama menghadap kepada Zat Pencipta semesta dan Pencipta manusia.
Maka, mereka yang sabar, jujur, taat kepada Allah, suka berinfak dan memohon ampunan Allah Ta'ala pada waktu sahur, akan mendapatkan keridhaan Allah.
Merekalah yang layak mendapatkan keridhaan dengan naungan yang segar dan maknanya yang penuh kasih sayang. Sungguh, hal ini jauh lebih baik dari semua keinginan dan semua kesenangan yang didapatkan.
*Istighfar, Perhiasan atas Dosa dan Pembuka Pintu-Pintu Kebaikan*
Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam _Lubab Al-Hadits_ menyebutkan secara spesifik tentang tiga keutamaan atau buah yang akan dipetik oleh seorang hamba yang melazimkan istighfar dalam hidupnya, terkhusus lagi pada waktu sahur.
*Pertama*, istighfar bisa memakan dosa-dosa, sebagaimana api memakan kayu bakar kering. *Kedua*, memperbanyak istighfar bisa menjadi jalan pengundang datangnya rezeki. *Ketiga*, setiap sesuatu itu memiliki perhiasan dan perhiasan atas dosa-dosa adalah istighfar.
Dan, cukuplah hadits Nabi ﷺ sebagai bukti tentang dahsyatnya istighfar, terlebih pada waktu yang utama. Beliau ﷺ bersabda:
مَن أَكْثَرَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجاً، وَمِنْ كُلِّ ضَيْقٍ مَخْرَجاً، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
_"Siapa memperbanyak (melazimkan) istighfar, niscaya Allah (1) akan mengubah setiap kesedihannya menjadi kegembiraan; (2) membukakan jalan solusi atas setiap kesempitannya, dan (3) memberi rezeki dari jalan yang tidak terduga."_ (HR Ahmad dan Al-Hakim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar